![]() |
Amir Sjarifoeddin Harahap |
Perdana Mentri Ke2 Republik Indonesia
Amir Sjarifoeddin Harahap lahir di Medan ( Sumatera Utara ) 27 April 1907, Lahir dalam aristokrasi Sumatera di kota Medan, latar belakang Amir yang kaya dan kemampuan intelektual yang luar biasa. Ayahnya, Djamin gelar Baginda Soripada (1885-1949), seorang jaksa di Medan, Beliau adalah keturunan keluarga kepala adat dari Pasar Matanggor di Padang Lawas, Tapanuli. Ibunya, Basunu Siregar (1890-1931), dari keluarga Batak yang telah membaur dengan masyarakat Melayu-Islam di Deli.
T.S.G. Mulia yang adalah saudara
sepupunya baru saja diangkat sebagai anggota Volksraad dan
belajar di kota Leiden sejak 1911, Amir pun di ajak ke Leiden dan menikmati
pendidikan di ELS atau
sekolah dasar Belanda di Medan pada tahun 1914 hingga selesai Agustus 1921.
Tak lama setelah kedatangannya dalam kurun
waktu 1926-1927 dia menjadi anggota pengurus perhimpunan siswa Gymnasium di Haarlem.
Ia dididik di Haarlem dan Leiden
di Belanda sebelum
memperoleh gelar sarjana hukum di Batavia (sekarang Jakarta).
Selama waktunya di Belanda ia belajar filsafat Timur dan Barat di bawah
pengawasan Theosophical Society.
selama masa itu pula Amir aktif terlibat
dalam diskusi-diskusi kelompok kristen misalnya dalam CSV-op Java yang menjadi
cikal bakal GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia).
Ia tinggal di rumah guru pemeluk Kristen Calvinis,
Dirk Smink, dan di sini juga Mulia menumpang.
Namun pada September 1927, sesudah lulus
ujian tingkat kedua, Amir kembali ke kampung halaman karena masalah keluarga,
walaupun teman-teman dekatnya mendesak agar menyelesaikan pendidikannya di
Leiden.
Kemudian Amir masuk Sekolah Hukum di Batavia,
menumpang di rumah Mulia (sepupunya) yang telah menjabat sebagai direktur
sekolah pendidikan guru di Jatinegara. Kemudian Amir pindah ke asrama
pelajar Indonesisch Clubgebouw,
Kramat 106, ia ditampung oleh senior satu sekolahnya, Mr. Muhammad
Yamin.
Amir pindah dari Islam ke Kristen pada tahun
1931 Ada bukti khotbah ia berikan dalam gereja Protestan terbesar di Batak
Batavia.
Ia menjabat sebagai Perdana Menteri ketika Revolusi Nasional Indonesia sedang berlangsung. Masa jabatan 3 Juli 1947 – 29 Januari 1948.
Dalam Persetujuan Renville, tanggungjawab yang berat terletak dipundak Amir sebagai negosiator utama dari Republik
Indonesia.
Kabinet Amir Sjarifuddin mengundurkan diri
dengan sukarela dan tanpa perlawanan sama sekali, ketika disalahkan atas
persetujuan Renville oleh golongan Masyumi dan Nasionalis.
Amir meninggal di Surakarta, Jawa Tengah, 19 Desember 1948 pada umur 41 tahun. Ia
adalah seorang politikus
sosialis dan salah satu pemimpin terawal Republik Indonesia.
Berasal dari keluarga Batak Muslim, Amir menjadi pemimpin sayap kiri terdepan
pada masa Revolusi.